Populasi lansia terus meningkat, membawa serta tantangan kesehatan yang unik. Seiring bertambahnya usia, seseorang cenderung mengalami lebih banyak kondisi kesehatan kronis, yang seringkali memerlukan penggunaan beberapa jenis obat secara bersamaan. Situasi ini, yang dikenal sebagai polifarmasi, meningkatkan risiko terjadinya masalah terkait obat, seperti interaksi obat, efek samping yang tidak diinginkan, atau kesulitan dalam mengelola regimen pengobatan yang kompleks. Kalangan lansia memiliki kerentanan fisiologis tersendiri yang membuat mereka lebih rentan terhadap efek obat. Dalam konteks ini, apoteker memiliki peran yang sangat vital dalam memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi lansia. Organisasi profesi seperti PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA atau PAFI, secara konsisten mendukung apoteker dalam menjalankan tugas penting ini. Di wilayah Amuntai, PAFI Amuntai aktif menggerakkan anggotanya untuk memberikan kontribusi terbaik dalam pelayanan kefarmasian bagi lansia.

Mengapa lansia lebih berisiko mengalami masalah terkait obat? Ada beberapa faktor yang berkontribusi. Pertama, perubahan fisiologis seiring penuaan dapat mempengaruhi bagaimana obat diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan dikeluarkan dari tubuh. Akibatnya, obat bisa bertahan lebih lama di dalam tubuh atau efeknya menjadi lebih kuat. Kedua, banyaknya penyakit yang diderita menyebabkan lansia sering mengonsumsi banyak jenis obat (polifarmasi), meningkatkan peluang interaksi obat atau efek samping kumulatif. Ketiga, masalah kognitif atau fisik, seperti penurunan daya ingat, penglihatan buram, atau kesulitan membuka kemasan obat, dapat menyulitkan lansia untuk mengikuti instruksi penggunaan obat dengan benar. Keempat, terkadang lansia menghadapi kendala finansial atau keterbatasan akses informasi kesehatan yang memadai.

Apoteker, sebagai ahli obat, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang spesifik untuk membantu mengurangi risiko obat pada lansia. Kontribusi apoteker mencakup:

  1. Peninjauan Pengobatan (Medication Review): Apoteker dapat melakukan tinjauan menyeluruh terhadap semua obat yang digunakan lansia, termasuk obat resep, obat bebas, suplemen, dan obat herbal. Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya obat yang tidak perlu, dosis yang tidak tepat, potensi interaksi, atau duplikasi obat dari resep yang berbeda.
  2. Konseling yang Disesuaikan: Memberikan penjelasan mengenai obat dengan bahasa yang mudah dipahami, tulisan yang jelas (jika perlu menggunakan label dengan huruf lebih besar), dan memastikan lansia atau pendamping/keluarga memahami cara minum obat yang benar, waktu, dan durasi pengobatan. Menggunakan alat bantu seperti kotak obat mingguan atau kartu pengingat dapat sangat membantu.
  3. Identifikasi Efek Samping dan Interaksi: Dengan pengetahuan tentang farmakologi geriatri, apoteker lebih peka terhadap efek samping obat yang umum terjadi atau lebih berbahaya pada lansia (misalnya pusing, kebingungan, risiko jatuh) dan interaksi obat yang perlu dihindari.
  4. Penyederhanaan Regimen Obat: Jika memungkinkan dan sesuai dengan kondisi klinis, apoteker dapat berkomunikasi dengan dokter untuk mendiskusikan kemungkinan penyederhanaan regimen pengobatan agar lebih mudah diikuti oleh lansia.
  5. Edukasi bagi Keluarga dan Pendamping: Keluarga atau pendamping seringkali berperan penting dalam manajemen obat lansia. Apoteker dapat memberikan edukasi kepada mereka tentang cara membantu lansia mengonsumsi obat dengan benar, memantau efek obat, dan kapan harus mencari pertolongan medis.
  6. Identifikasi Hambatan: Mendiskusikan potensi hambatan dalam penggunaan obat, seperti biaya, kesulitan mendapatkan obat, atau masalah transportasi, dan mencari solusi yang memungkinkan.

Untuk dapat menjalankan peran ini dengan optimal, apoteker memerlukan pemahaman yang mendalam tentang farmakoterapi pada lansia, penyakit-penyakit yang umum diderita lansia, serta keterampilan komunikasi yang empatik. Organisasi seperti PAFI berperan penting dalam menyediakan sarana bagi apoteker untuk terus mengasah kompetensi ini. PAFI secara nasional menyelenggarakan pelatihan dan seminar yang membahas topik-topik terkait pelayanan kefarmasian pada lansia, mempromosikan penggunaan panduan praktik klinis geriatri, dan mendukung riset di bidang ini.

Di wilayah Amuntai, PAFI Amuntai menjadi motor penggerak di tingkat lokal untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian bagi lansia. PAFI Amuntai mengorganisir kegiatan yang spesifik untuk kebutuhan apoteker dan lansia di Amuntai, seperti:

  • Mengadakan workshop lokal mengenai manajemen obat pada penyakit kronis yang umum di kalangan lansia Amuntai.
  • Mengembangkan materi edukasi atau alat bantu minum obat yang disesuaikan dengan kondisi lansia di Amuntai.
  • Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan secara langsung kepada lansia dan keluarganya di pusat kegiatan lansia atau posyandu lansia di Amuntai.
  • Mendorong kolaborasi erat antara apoteker di apotek komunitas dengan tenaga kesehatan di puskesmas atau klinik yang melayani lansia di Amuntai.

Komitmen PAFI Amuntai dalam memberdayakan anggotanya untuk melayani lansia dengan lebih baik sangat penting untuk mengurangi angka kejadian masalah terkait obat pada kelompok usia ini. Dengan apoteker yang proaktif, teliti, dan peduli, lansia di Amuntai dapat menggunakan obat mereka dengan lebih aman dan mandiri, sehingga kualitas hidup mereka meningkat.

Kontribusi apoteker dalam pengurangan risiko obat pada lansia adalah pilar penting dalam pelayanan kesehatan geriatri. Melalui pengetahuan, keterampilan konseling, dan perhatian terhadap detail, apoteker membantu memastikan bahwa lansia mendapatkan manfaat maksimal dari terapi obat mereka sambil meminimalkan risiko. Dukungan dari organisasi profesi seperti PAFI, khususnya PAFI Amuntai, sangat krusial dalam memastikan setiap apoteker siap dan mampu menjalankan peran mulia ini demi keselamatan dan kesejahteraan lansia. PAFI akan terus berupaya agar apoteker menjadi bagian integral dari tim pelayanan kesehatan geriatri yang berfokus pada pasien.