
Sering merasa sedih adalah hal yang manusiawi. Namun, ketika perasaan itu menetap dalam jangka waktu lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu merupakan tanda dari depresi. Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap depresi hanya sebagai kesedihan biasa dan bukan kondisi medis yang serius.
PAFI AMUNTAI (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak masyarakat untuk lebih memahami gejala depresi dan pentingnya mengenali tanda-tandanya sejak dini. Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang dapat memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, hingga menjalani aktivitas harian.
Depresi Bukan Sekadar “Galau”
Sedih karena kehilangan atau kekecewaan adalah bagian dari emosi manusia yang normal. Namun, berbeda dengan kesedihan biasa, depresi bersifat terus-menerus, intens, dan seringkali tidak jelas penyebabnya. Depresi bisa datang secara perlahan, membuat seseorang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalaminya.
Menurut PAFI, penting untuk tidak meremehkan perasaan yang tampak “sepele”, terutama jika sudah berlangsung selama lebih dari dua minggu dan mulai mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan seseorang.
Gejala-Gejala Depresi yang Perlu Diwaspadai
Berikut beberapa gejala umum depresi yang sebaiknya tidak diabaikan:
-
Merasa sedih berkepanjangan tanpa alasan yang jelas
Perasaan hampa, putus asa, atau merasa tidak berharga yang tidak kunjung hilang. -
Kehilangan minat atau semangat pada aktivitas yang dulu disukai
Seseorang yang mengalami depresi cenderung kehilangan gairah terhadap hobi atau kegiatan sosial. -
Perubahan pola tidur
Bisa berupa insomnia (sulit tidur) atau justru tidur berlebihan (hipersomnia). -
Perubahan nafsu makan dan berat badan
Depresi dapat menyebabkan makan berlebihan atau justru kehilangan nafsu makan. -
Mudah lelah dan kehilangan energi
Kegiatan ringan pun terasa melelahkan dan tidak menyenangkan. -
Kesulitan berkonsentrasi
Fokus menjadi menurun, sering melamun, atau sulit membuat keputusan sederhana. -
Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
Ini adalah gejala serius yang memerlukan penanganan medis segera.
PAFI AMUNTAI menegaskan bahwa tidak semua orang mengalami semua gejala tersebut. Namun, jika beberapa gejala muncul bersamaan dan menetap dalam waktu lama, sangat penting untuk mencari bantuan profesional.
Siapa yang Berisiko Mengalami Depresi?
Depresi bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang. Namun, beberapa faktor yang meningkatkan risiko antara lain:
-
Riwayat keluarga dengan gangguan depresi
-
Stres berat atau trauma emosional
-
Gangguan kesehatan kronis
-
Ketidakseimbangan hormon atau neurotransmitter
-
Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
PAFI menyarankan agar masyarakat lebih terbuka dalam membicarakan kesehatan mental. Menghindari stigma adalah langkah penting dalam mendorong penderita untuk mencari bantuan.
Cara Mengatasi dan Mendukung Pemulihan
Berikut beberapa langkah yang bisa membantu dalam pemulihan depresi:
-
Konsultasi dengan tenaga profesional
Psikolog atau psikiater dapat membantu mendiagnosis dan memberikan penanganan yang sesuai, seperti terapi perilaku kognitif atau pengobatan. -
Gaya hidup sehat
Olahraga rutin, tidur cukup, dan pola makan seimbang bisa membantu memperbaiki suasana hati. -
Dukungan sosial
Memiliki orang-orang yang bisa dipercaya sangat penting bagi penderita depresi. Berbicara, didengarkan, dan tidak dihakimi dapat menjadi bentuk dukungan yang besar. -
Aktivitas yang menyenangkan
Mendorong diri untuk tetap aktif dalam kegiatan positif meskipun terasa berat.
PAFI AMUNTAI juga mendorong para tenaga farmasi dan masyarakat untuk menjadi bagian dari jaringan dukungan yang peduli terhadap kesehatan mental. Peran tenaga kesehatan tidak hanya terbatas pada fisik, tapi juga kesejahteraan mental pasien.
Depresi bukanlah tanda kelemahan atau kurang bersyukur. Ini adalah kondisi medis yang nyata dan bisa diobati. Semakin cepat dikenali, semakin baik peluang seseorang untuk pulih dan menjalani hidup dengan kualitas yang baik.
PAFI AMUNTAI mengajak semua pihak untuk lebih peka terhadap gejala depresi, baik pada diri sendiri maupun orang terdekat. Karena dengan kepedulian dan penanganan yang tepat, depresi bisa dikendalikan, dan hidup bisa kembali lebih bermakna.